Selasa, 25 Agustus 2020

Kisah Nabi Zulkifli As

Nabi Zulkifli merupakan putra Nabi Ayyub, nama asli Nabi Zulkifli adalah Basyar. Beliau tinggal di negeri Syam yang dipimpin oleh seorang raja yang sudah tua dan tidak memiliki keturunan.

Awal mula dia dipanggil Zulkifli ketika suatu hari sang raja sedang mencari penggantinya. Ia berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada siapa saja yang mau bertanggung jawab menjalankan amanah umat dan orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT.

Di hadapan seluruh rakyatnya, raja itu berkata, "Siapa di antara kamu sekalian yang sanggup berpuasa pada siang hari dan beribadah pada malam harinya, juga tidak akan marah-marah, kepadanya akan saya serahkan kerajaan ini. Karena saya sudah sangat tua," ucap sang raja kepada rakyatnya.

Lalu pada saat itu berdirilah seorang pemuda bernama Basyar sambil mengangkat tangan kanannya dan berkata, "Hamba sanggup!" tegas Nabi Zulkifli. Berulang-ulang sang raja kemudian bertanya kepada rakyatnya, namun tidak ada yang menjawab selain sang pemuda tadi.

Terpilihlah Basyar menggantikan sang raja, dan namanya pun berubah menjadi Zulkifli yang berarti, "orang yang sanggup memegang janji".

"Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh". (QS Al-Anbya ayat 85-86).

Nabi Zulkifli memimpin negeri Syam dengan baik, beliau sangat mementingkan urusan rakyatnya daripada urusan dirinya dan keluarganya. Dia memegang teguh janjinya untuk berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari, serta selalu sabar dalam keadaan apa pun tidak pernah marah-marah.

Sifat sabar yang dimiliki oleh Nabi Zulkifli As sudah seyogyanya dijadikan teladan oleh seluruh umat Islam baik saat beribadah maupun saat berkomunikasi dengan orang lain. Berikut ini kisah Nabi Zulkifli As tentang kesabaran yang luar biasa telah dirangkum merdeka.com melalui berbagai sumber.

Sejak diangkat menjadi raja pengganti, Nabi Zulkifli As tetap hidup dalam kesederhanaan. Hal tersebut sesuai dengan janjinya, ia pun melaksanakan puasa di siang hari dan beribadah di malam hari secara istiqomah.

Suatu hari Nabi Zulkifli As merasakan kelelahan yang teramat sangat. Setelah mengurusi rakyatnya ia tidak langsung istirahat. Bisa dibilang waktu tidurnya digunakan untuk beribadah.

Setelah menjadi raja Nabi Zulkifli As tidak luput dari beragam ujian termasuk ujian yang datang dari rakyatnya sendiri. Ada beberapa kaum yang datang ke kerajaan dan berencana menghancurkan kepemimpinan Nabi Zulkifli As.

Pada waktu itu, Nabi Zulkifli memerintahkan rakyatnya untuk turut berperang untuk melawan kaum pasukan pemberontak. Namun rakyat yang telah ia sejahterakan justru menolak dengan alasan takut mati.

ilustrasi iblis

Pada saat itulah iblis mengirimkan golongan syaitannya untuk menggoda. Syaitan datang ke istana dalam wujud manusia laki-laki rakyat jelata yang meminta keadilan hukum pada raja.

Meski para pengawal kerajaan bahwa raja sedang beristirahat, tapi syaitan tidak peduli dan terus memaksa ingin bertemu dengan raja. Mengetahui hal ini, Nabi Zulkifli As meminta tamunya agar terlebih dahulu datang ke ruang pengadilan istana.

Setelah beristirahat sejenak, Nabi Zulkifli As berangkat menuju ruang pengadilan walaupun sesampainya di sana ternyata tamunya tidak ada di sana. Dan saat ditunggu tidak kunjung datang. Hal ini terulang kembali pada keesokan harinya. Dan Nabi Zulkifli As tetap tidak terpancing amarahnya.

Untuk yang ke tiga kalinya syaitan berinisiatif langsung masuk ke rumah Nabi Zulkifli As dan mengetuk pintu kamar tempat Nabi Zulkifli As beristirahat.

Tetapi dengan begitu saja Nabi Zulkifli As menemaninya sampai akhirnya setan menyerah dan mengaku ia dikirim oleh iblis untuk menggoda dan memancing emosi Nabi Zulkifli As. Gagal sudah rencana setan untuk membuat Nabi Zulkifli As marah dan ingkar akan janjinya.

Mereka mau turut serta berperang dengan syarat telah ada jaminan bahwa mereka tidak akan mati di medan pertempuran. Akhirnya Nabi Zulkifli As berdoa kepada Allah SWT memohon agar kaumnya diselamatkan pada saat peperangan berlangsung.

Doa tersebut kemudian dikabulkan oleh Allah SWT sehingga seluruh pasukan Nabi Zulkifli As yang terdiri dari rakyat jelata berhasil memenangkan pertempuran dan kembali dengan kondisi selamat tanpa ada yang gugur.

Hingga akhir dari kepemimpinan Nabi Zulkifli As rakyat merasakan hidup tentram dan sejahtera. Peninggalan Nabi Zulkifli As masih bisa dilihat diseluruh kota kecil bernama kilf diselatan bagda.

Diantara kota hilah dan nahzab di tepi sungai efrat, terdapat makam. Makam tersebut diyakini oleh penduduk sekitar sebagai makam Nabi Zulkifli As.

Kisah Nabi Harun As

Harun merupakan salah seorang Nabi yang telah diminta langsung oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu memperkembangkan ajarannya. Beliau diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM dan ditugaskan untuk berdakwah kepada para Fir’aun Mesir dan Bani Israel di Sina, Mesir.

Beberapa kelebihan yang dimiliki Harun. Ia fasih dalam berbicara. Cara berbicaranya sangat lembut, tenang dan mudah difahami. Ia juga pandai dalam menata perkataan, Orang senang berbincang-bincang dengannya.

Nabi Musa dan Nabi Harun berdakwah untuk menemui raja yan kejam Fir’aun. Berbagai adu argumen dilakukan menghadapi Fir’aun. Bahkan diadakan pertarungan ular. Fir’aun lagi-lagi kalah. Ular-ular penyihir habis ditelan ular besar. Dengan tongkat nabi Musa.

Tibalah dimana Nabi Musa telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk pergi ke bukit Sinai untuk menerima wahyu. Semasa kepergian Nabi Musa, segala urusan telah diserahkan kepada saudaranya Nabi Harun. Selama ditinggal Nabi Musa , Harun juga diberikan amanah untuk mengawasi dan memimpin penduduk Bani Israel dari perbuatan mungkar, dan juga menyekutukan Allah dengan benda lain. Musa berkata kepada Harun ?Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah, jangan kamu mengikuti jalan orang yang melakukan kerusakan ? Kepergian Nabi Musa selama 40 hari dan 40 malam.

Kepergian Musa ternyata disalahgunakan dan dimanfaatkan orang bernama Samiri. Ia berniat memanfaatkan situasi tersebut untuk menyesatkan kaum Nabi Musa yang selama ini telah bersusah payah membentuk keimanan mereka. Samiri ini membuat patung terbuat dari emas untuk disembah kaum Musa. Mereka menyembah patung berbentuk hewan sapi itu setelah terkena tipu muslihat Samiri yang menjadikannya bisa berbicara.

Sisa patung sapi yang terbuat dari emas (Resensiakhirzaman)
Sisa patung sapi yang terbuat dari emas (Resensiakhirzaman)
Nabi Harun sangat marah setelah melihat umatnya menyembah berhala. Lalu ia berusaha mencegah umatnya yang menyekutukan Allah agar kembali ke jalan yang benar. Tapi umatnya malah membangkang dengan memberi ancaman kepada Nabi Harun kalau ia terus melarang mereka menyembah patung tersebut. Pada akhirnya, Nabi Harun tidak dapat berbuat apa-apa dan mereka mereka terus menyembah patung itu.

Setelah Nabi Musa kembali, ia terkejut karena kaumnya menyembah berhala. Dalam hal ini, Musa juga menyalahkan Nabi Harun. Dalam keadaan marah yang tidak dapat dikendalikan Nabi Musa menarik janggut Nabi Harun dan berkata: Wahai Harun, apa yang menghalangi engkau dari mencegah mereka ketika engkau melihat mereka sesat? Apakah engkau tidak mengikuti aku atau engkau menduharkai perintahku, Harun berkata Wahai saudaraku janganlah engkau merenggut janggutku dan janganlah engkau menarik kepalaku, sesungguhnya aku takut engkau akan berkata, ‘engkau mengadakan perpecahan dalam Bani Israel dan engkau tidak memelihara perkataanku.’”

Diriwayatkan, Nabi Musa yang menarik janggut Nabi Harun saat ia melampiaskan amarahnya membuat janggut yang dipegang oleh Nabi Musa telah bertukar menjadi putih dan janggut yang tidak kena tangan Nabi Musa tetap berwarna hitam. Sejak itu janggut Nabi Harun mempunyai dua warna yaitu putih dan hitam.

Pada akhirnya, Nabi Musa mengetahui siapa dalang dari semua ini. Ia mendapatkan Samiri sebagai perusak kaumnya. Nabui Musa mengusir Samiri beserta pengikutnya dan berjanji akan menghancurkan berhala-berhala yang dibuatnya dan akan dihanyutkan kedalam laut. Nabi Musa pun berkata: Samiri dan para pengikutnya yang kafir akan segera mendapat adzab dari Allah SWT.

Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, di daerah al Tiih, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Setelah Nabi Harun dan Nabi Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusyaâ?? bin Nun. Namun, setelah Yusyaâ?? wafat, lama-kelamaan sebagian besar mereka meninggalkan ajaran yang terkandung dalam Taurat. Malah, ada kalangan mereka yang mengubah hukum di dalam kitab tersebut. Sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat dan akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.

Kisah Nabi Musa AS

Saat Musa masih dalam kandungan ibundanya yang bernama Yukabbad, Mesir sedang gempar. Rakyat hidup dalam ketakutan, terutama para ibu yang sedang mengandung. Rupanya Raja Fir’aun memerintahkan bala tentaranya untuk mengambil paksa bayi laki-laki yang lahir pada tahun itu.

“Ambil setiap bayi laki-laki yang lahir di tahun ini!” perintah Fir’aun. Tak hanya itu, Fir’aun juga menyingkirkan bayi-bayi yang tak berdosa tersebut.

Allah SWT berfirman, “Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 4)

Fir’aun melakukan hal tersebut setelah para penasihatnya menafsirkan mimpinya. Menurut dukun-dukun istana, akan lahir seorang lelaki Bani Israil yang kelak akan menghancurkan kekuasaan Fir’aun. Karena itulah, untuk mencegah hal itu terjadi, Fir’aun menyingkirkan setiap bayi laki-laki dari Bani Israil.

Sementara itu, Yukabbad merasa takut karena sebentar lagi bayi yang dikandungnya akan lahir.

“Bagaimana ini? Haruskah anak kita ini mati di tangan Fir’aun sebelum ia bisa melihat dunia?” ucap Yukabbad, bersedih.

“Tenanglah istriku,” hibur Imran, suaminya. “Mari berdoa, kita serahkan segalanya kepada Allah! Mari meminta perlindungan kepada-Nya.”

Yukabbad masih murung. Ia tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi nanti dengan bayi yang dikandungnya.

“Lebih baik kau beristirahat. Lagi pula, belum tentu juga bayi kita ini laki-laki,” kata Imran.

Tapi, Yukabbad tetap merasa khawatir. Ia memiliki perasaan yang begitu kuat bahwa bayi yang ada dalam kandungannya itu adalah bayi laki-laki.

“Ya Allah, lindungilah kami sekeluarga dan bayi ini!” ucapnya lirih.

Waktu kelahiran itu pun tiba. Ternyata benar dugaan Yukabbad. Bayi yang ia lahirkan adalah laki-laki. Yukabbad amat senang, tapi pada saat yang bersamaan, ia juga takut dan khawatir dengan nasib bayi laki-lakinya itu.

Dalam kebimbangan hati tersebut, Allah SWT mengilhamkan ibunda Musa untuk menghanyutkan bayinya ke sungai Nil.

“Apakah kamu yakin dengan rencanamu itu?” tanya Imran setelah mendengar rencana istrinya itu.

“Ya, hanya ini cara yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bayi kita,” ujar Yukabbad.

“Baiklah. Ayo, segera kita persiapkan segala sesuatunya, sebelum prajurit Fir’aun tahu dan mengambil buah hati kita ini,” ucap Imran.

Dengan mengendap-endap, Yukabbad dan Imran berjalan menuju tepian sungai Nil. Mereka meletakkan Musa di dalam sebuah kotak kayu. Kotak kayu tersebut sudah dibuat senyaman mungkin sehingga Musa tidak menangis. Jika Musa menangis, hal itu akan membahayakan dirinya.

Yukabbad terlihat begitu berat hati ketika hendak menghanyutkan Musa ke sungai Nil. Sungai yang dipenuhi kuda nil dan buaya-buaya yang besar dan ganas. Yukabbad sempat cemas, bagaimana jika buaya dan kuda nil memangsa Musa.

“Cepat lakukan! Sebelum orang-orang Fir’aun melihat kita!” perintah Imran.

Yukabbad, ibunda Musa, berupaya melawan kekhawatirannya. Dengan berderai air mata, ia menghanyutkan Musa yang masih bayi itu ke sungai Nil.

Aliran deras sungai terpanjang di dunia itu dalam sekejap mengayun-ayun kotak kayu tersebut. Kotak itu semakin jauh dibawa aliran sungai hingga hilang dari pandangan mata Yukabbad.

“Mari kita pulang,” ajak Imran, suaminya.

Yukabbad masih tidak percaya bahwa sebagai seorang ibu, ia baru saja menghanyutkan anak kandungnya sendiri ke sungai. ia telah membiarkan Musa yang masih bayi itu berjuang sendiri melawan ganasnya alam.

Namun, Allah SWT memberikan ketenangan dan keyakinan kepada Yukabbad bahwa Musa akan baik-baik saja. Suatu ketika, mereka akan berjumpa kembali.

“Ibu percaya, anakku,” bisik Yukabbad lirih. “Ibu percaya, kamu pasti akan selamat. Allah SWT akan menjagamu dan kita akan berjumpa kembali.”

Memang begitulah takdir Musa. Allah SWT menyelamatkan Musa. Rupanya permaisuri Raja Fir’aun yaitu Siti Asiyah, juga sedang berada di tepian sungai Nil. Ketika tengah asyik mandi sambil menikmati kesegaran air sungai, tiba-tiba seorang dayang yang menemaninya berteriak-teriak. ,

“Tuanku! Tuanku! Lihatlah, kotak apakah yang hanyut dan tersangkut di sela-sela batu itu?” katanya pada Siti Asiyah sambil menunjuk sebuah kotak kayu.

“Coba kamu ambil kotak itu!” perintah Siti Asiyah.

Si dayang bergegas memungut kotak kayu itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat ada seorang bayi laki-laki yang mungil di dalam kotak itu.

“Tuanku! Ada seorang bayi di dalam kotak ini!” teriak si dayang sambil bergegas menuju tuannya. “Bayi siapa ini sebenarnya?”

Siti Asiyah terdiam beberapa saat. Ia mengarahkan pandangannya ke sekitar sungai, mencari tahu apakah ada orang lain di sana yang telah menghanyutkan bayi itu.

Permaisuri Raja Fir’aun itu kemudian memutuskan untuk membawa Musa ke istana. Ia akan merawatnya dengan sepenuh hati.

“Kasihan sekali bayi ini. Ah, lebih baik aku merawatnya di istana,” ucapnya.

Siti Asiyah pun merawat Musa seperti anaknya sendiri. Ia amat menyayangi Musa. Permaisuri Fir’aun itu merasa sangat beruntung dan bahagia bisa membesarkan Musa. Apalagi, ia juga belum dikaruniai seorang anak.

Di istana Fir’aun itulah, Musa tumbuh. Tapi, meskipun hidup di istana Fir’aun, Musa sama sekali tak terpengaruh oleh kemewahan istana. Perilaku dan watak Musa sangat berbeda dengan sifat Fir’aun.

Allah SWT telah menjaga Musa, dan membuat Musa memiliki sifat yang mulia. Itu karena Musa ditakdirkan menjadi nabi, dan dengan sifat terpujinya, ia akan berdakwah kepada Fir’aun.

Musa pun menjadi putra mahkota. Semua kemewahan istana bisa dia nikmati sepuasnya. Tapi, semakin beranjak dewasa Musa, semakin sadar ia dengan perilaku kejam ayah angkatnya itu.

Bagaimana tidak? Fir’aun selalu menindas rakyatnya yang tidak taat kepadanya. Bahkan, Fir’aun sangat tidak adil terhadap Bani Israil. Ia menjadikan kaum itu sebagai budak dan memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang.

Musa yang akhirnya tahu bahwa dirinya adalah orang Bani Israil, merasa bimbang dan sedih. ia ingin melawan kezaliman Fir’aun terhadap Bani Israil. Tapi, selama ini pula Fir’aun telah merawat dan membesarkan dirinya dengan baik.

“Haruskah aku membela Bani Israil dan menentang ayah angkatku sendiri?” batin Musa.

Tapi, Allah SWT telah menetapkan bahwa Musa adalah utusan-Nya yang akan menyelamatkan Bani Israil. Allah SWT pun mengangkat Musa sebagai nabi dan rasul untuk berdakwah. Musa ditugaskan untuk mengingatkan Fir’aun akan kezalimannya dan mengajak Fir’aun kembali ke jalan yang benar.

Namun, Musa merasa lidahnya kelu dan tidak lancar berbicara ketika berhadapan dengan ayah angkatnya itu. Harun, saudaranya, lebih fasih berbicara. Oleh karena itu, Nabi Musa a.s. meminta kepada Allah SWT agar Harun menjadi pendampingnya yang akan menemaninya berdakwah kepada Fir’aun.

Mereka berdua pun pergi bersama-sama menghadap Fir’aun.

“Apa?! Berani-beraninya kalian mengingatkanku! Tidak tahukah kalian bahwa aku ini Tuhan kalian?!” bentak Fir’aun yang sangat murka.

“Tidak!” jawab Musa dengan tegas. “Allah adalah Tuhan yang sebenarnya! Allah pemilik langit dan bumi. Allah adalah Tuhanmu, Tuhanku, dan Tuhan semesta alam. Kepada-Nya kita semua harus menyembah!”

Mendengar jawaban Nabi Musa a.s. tersebut, Fir’aun semakin marah. Fir’aun kemudian menantang Musa untuk adu kesaktian melawan para penyihir sakti andalannya.

“Pertandingan itu akan menunjukkan bahwa kamu hanyalah pembohong besar, Musa! Orang-orangku pasti akan dengan mudah mengalahkanmu!” kata Fir’aun dengan penuh percaya diri.

“Baiklah, kupenuhi tantangan itu!” jawab Musa.

Hari adu kesaktian tiba.

Arena pertandingan tampak begitu ramai. Banyak orang ingin melihat langsung peristiwa yang tidak biasa itu. Mereka ingin membuktikan, apakah Musa benar utusan Allah dan bisa mengalahkan para penyihir Fir’aun.

Suasana sangat tegang saat pertandingan dimulai. Sebagian besar penonton berlari menjauhi lapangan ketika tali-tali yang dilemparkan tukang sihir Fir’aun berubah menjadi ular-ular berbisa yang ganas. Ular-ular itu menggeliat-geliat seolah ingin memangsa apa pun yang ada di sekitarnya.

“Hai, Musa! Ayo, tunjukkan kesaktianmu!” ejek para penyihir Fir’aun. “Kulihat engkau begitu ketakutan dan gemetar melihat ular-ular kami ini! Hahaha!”

Musa tak bisa mengelak bahwa ia memang merasa ketakutan. Dalam kekhawatirannya itu, Allah SWT memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkatnya ke tengah lapangan.

Para penyihir Fir’aun, Raja Fir’aun sendiri, dan seluruh penonton di lapangan seketika terbelalak. Mereka merasa takjub sekaligus tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

“Wah!” Sebagian penonton merasa takjub.

“Hih!” Yang lain merasa ngeri, ketakutan dengan apa yang mereka lihat.

Ternyata tongkat Musa berubah menjadi ular raksasa. Ular itu dengan lahap menelan semua ular-ular penyihir Fir’aun, tanpa tersisa seekor pun.

Melihat hal itu, para penyihir Fir’aun langsung bersujud di kaki Musa. Mereka mengaku kalah. Mereka juga mengakui bahwa Musa adalah nabi dan rasul utusan Allah SWT. Para penyihir itu pun menyatakan keimanannya kepada Allah SWT di hadapan Musa.

“Kami beriman kepada Tuhanmu, hai Musa!” ucap mereka.

Allah SWT berfirman, “Lalu para pesihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, `Kami telah percaya (beriman) kepada Tuhannya Harun dan Musa.”‘ (Q5- Thaahaa [20]: 70)

Berbeda dengan Raja Fir’aun, ia tak bisa menerima kekalahan itu. Ia justru menjadi semakin murka begitu mengetahui para penyihirnya sendiri malah mengkhianatinya dan menjadi pengikut setia Musa.

“Mereka semua sungguh tak tahu diri! Tak tahu diuntung!” gerutu Fir’aun. Raja Mesir yang zalim itu kemudian memerintahkan prajuritnya untuk menangkap para penyihir itu.

“Tangkap mereka dan bawa ke hadapanku!” seru Fir’aun.

Para penyihir Fir’aun itu pun tertangkap. Fir’aun menghukum mereka dan menyiksa mereka hingga meninggal di hadapan banyak orang.

Meskipun demikian, sebagian besar orang sadar bahwa Fir’aun memang hanyalah manusia biasa dan bukan Tuhan yang harus disembah. Semakin banyak orang pula yang menjadi pengikut Musa,

“Musa adalah dari doa-doa kita selama ini,” bisik orang-orang Bani Israil satu sama lain. “Dia dikirim oleh Tuhan untuk membebaskan kita dari perbudakan Fir’aun yang kejam itu!”

Orang-orang Bani Israil rnenaruh harapan yang sangat besar terhadap Musa. Mereka berharap Musa dapat mengakhiri penderitaan mereka.

Nabi Musa dikejar Firaun

Sejak kekalahan yang menyakitkan itu, kemarahan Fir’aun semakin menjadi-jadi. Di berbagai tempat, terlihat prajurit Fir’aun menyiksa orang-orang Bani Israil secara kejam. Untuk kesalahan kecil saja, orang-orang Bani Israil itu bisa tewas di senjata para prajurit Fir’aun.

“Musa, sampai kapankah kiranya kami mengalami penyiksaan dan penindasan ini?” adu Bani Israil kepada Musa. “Tidak bisakah engkau menyelamatkan kami dan mengakhiri semua penderitaan kami di negeri ini?”

Musa pun sebenarnya masih bingung. Melawan Fir’aun dengan kekuatan prajuritnya yang luar biasa bukanlah hal yang mudah, bahkan bisa dianggap mustahil.

Hingga kemudian, Musa mendapat  perintah dari Allah SWT untuk membawa seluruh Bani Israil pergi dari Mesir menuju tanah Kan’an. Kan’an adalah asal leluhur Bani Israel yang berada di sebelah timur Mesir.

Rencana besar itu pun disampaikan secara sembunyi-sernbunyi di antara orang-orang Bani Israil.

“Ssst, jangan keras-keras!” kata seseorang kepada temannya sambil meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. “Ini rencana yang sangat rahasia, jangan sampai bocor dan ketahuan Fir’aun. Ingat, prajurit dan mata-mata Fir’aun ada di mana-mana!”

“Betul!” Temannya mengangguk mengiyakan. “Jika rencana ini ketahuan, tentu kita semua akan menjadi budak abadi

Saat yang ditunggu pun tiba. Harun, membawa lebih dari setengah juta orang Bani Israil keluar dari Mesir. Setengah juta manusia bukanlah.jumlah yang kecil. Tentu kepergian orang sebanyak itu akan dengan mudah diketahui oleh Fir’aun dan bala tentaranya.

“Kita harus kejar mereka dan mengembalikan mereka ke Mesir! Tangkap mereka!” perintah Fir’aun kepada seluruh prajuritnya dengan tegas dan penuh kemarahan.

Tentu saja, sangat rnudah bagi Fir’aun dan bala tentaranya untuk menyusul Musa dan Bani Israil. Kuda-kuda yang mereka tunggangi lari dengan begitu kencang.

“Musa! Fir’aun dan bala tentaranya berhasil menyusul kita!” teriak orang-orang Bani Israil, ketakutan. “Lihatlah di belakang sana, begitu banyak jumlah mereka! Akankah hidup kita berakhir di tepi Laut Merah ini? Atau kita akan dibawa ke Mesir dan kembali menjadi budak disana.

Saat itu, Musa dan orang-orang Bani Israil berada di tepi Laut Merah, laut yang memisahkan daratan Afrika dan Asia. Mereka terjebak karena di depan mereka laut, sementara di belakang mereka dari kejauhan terlihat Fir’aun dan bala tentaranya.

Kisah Nabi Musa Membelah Laut Merah

Musa bingung, tak ada pilihan lain selain rnenyeberangi lautan itu. Tapi, apakah itu mungkin? Bagaimana mereka bisa menyeberang, sedangkan laut sedang pasang?

Musa lalu berdoa, memohon pertolongan kepada Allah SWT. Oleh Allah SWT, Musa diperintahkan memukulkan tongkatnya ke lautan.

Musa pun melaksanakan perintah Allah tersebut. Dengan seketika, Laut Merah terbelah menjadi dua. Terbentuklah jalan di antara kedua lautan itu. Musa dan orang-orang Bani Israil pun segera melintasi jalan tersebut.

“Ayooo! Cepaaaaaat!” teriak mereka, saling memberi semangat satu sama lain agar mempercepat langkah.

Fir’aun dan bala tentaranya juga ikut melintasi jalan itu. Ketika Bani Israil telah berhasil menyeberang ke daratan, Laut Merah kembali seperti semula. Jalanan yang baru mereka lewati itu pun tertutup.

“Tolooong! Tolooong!” teriak pasukan Fir’aun yang masih berada di Laut Merah.

Gelombang besar lautan dengan cepat menggulung mereka. Fir’aun dan pasukannya pun mati tenggelam di dasar laut itu.

Allah SWT telah mengakhiri kekejaman dan kezaliman Fir’aun di muka bumi. Namun, Allah SWT mengabadikan jasad Fir’aun dan membuatnya tidak rusak sebagai pelajaran untuk seluruh manusia, termasuk untuk kita.

Allah SWT berfirman, “Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (Q.S. Yunus [10]: 92)

Pesan moral dari rangkuman kisah nabi Musa as ini adalah kezaliman dan kesombongan itu akan musnah, dan Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kisah Nabi Syu’aib As.

Nabi Syuaib merupakan nabi yang diutus kaum Madyan dan Aikah menurut Islam, dia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Nabi Syuaib dahulu tinggal di kota Madyan yang sekarang terkenal dengan sebutan Yordania. Pada saat itu, semua masyarakat di kota Madyan rata-rata kafir kepada Allah SWT dan melakukan berbagai kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang kebetulan lewat di depan mereka. Para kaum kafir tersebut juga menyembah pohon lebat yang sering mereka sebut dengan julukan Aykah. Pohon tersebut dikelilingi semak berlukar.

Para penduduk kafir sering berkelakuan buruk dengan sesama manusia, mereka sering menipu dalam urusan jual beli, dan sering mengurangi takaran dan timbangan. Melihat kejadian tersebut, maka Allah SWT mengutus seorang nabi dari kalangan mereka bernama Nabi Syuaib untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah. Beliau mulai mengajak dan melarang kaum kafir untuk mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan dan perbuatan buruk lainnya.

Allah berfirman, "Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Dia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS Al-A'raf ayat 85-86)

Nabi Syuaib adalah seorang laki-laki yang sangat jujur dan terpercaya di antara kaumnya. Beliau adalah orang yang selalu beribadah kepada Allad SWT dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada semua orang yang dia kenal. Peringatan tulus sayang diberikan Nabi Syuaib kepada penduduk Madyan tidak dianggap sama sekali. Mereka menganggap jika urusan perdagangan tidak ada kaitannya dengan keimanan. Nabi Syuaib tidak pernah menyerah untuk terus berdakwah kepada kaumnya yang sesat.

Hingga pada suatu ketika, mereka mengancam Nabi Syuaib jika masih saja terus menerus mengusik cara mereka jual beli. Mereka mengancam akan mengusir nabi Syuaib jika beliau tidak mau menyembah pohon akhyat dan benda benda mati seperti mereka. Dengan sombong mereka menantang nabi Syuaib untuk mendatangkan azab.

Nabi Syuaib pasrah mendengar kau Madyan yang sombong. Lalu dia menyerahkan semua kepada Allah. Allah memerintahkan nabi Syuaib bersama pengikutnya untuk meninggalkan kota Madyan. Setelah Nabi Syuaib dan pengikutnya meninggalkan kota Madyan, tiba-tiba terlihat awan tebal bergulung-gulung di langit kota itu. Para kaum kafir, mengira bahwa awan tebal tersebut pertanda akan turun hujan, namun di balik awan tebal tersebut terdengar suara petir yang sangat keras dan menggelegar. Suara itu begitu keras dan membinasakan semua orang yang mendengarnya. Semua penduduk kafir seketika mati di tempat masing-masing ketika mendengar suara petir tersebut. Semua penduduk tewas, seperti tidak pernah ada manusia yang pernah menghuni di kota tersebut.

"Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih". (QS Hud ayat 89-90).

"Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu. Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa". (QS Hud ayat 93-95).

Kisah Nabi Ayyub AS

 Nabi Ayub merupakan salah satu utusan Allah SWT di muka bumi. Ia menjadi menjadi salah satu contoh kesabaran yang patut diteladani umat Islam.

Kisah teladan Nabi Ayub dikisahkan dalam beberapa tafsir. Dalam Al Bidayah wa An-Nihaya, dan Tafsir Al-Baghawi, dituliskan bahwa Nabi Ayub dahulu merupakan seseorang yang sangat kaya dengan harta berlimpah.

Mulai dari sapi, unta, kambing, kuda, dan keledai ia miliki di peternakannya. Bahkan, Nabi Ayub juga memiliki area tanah yang luas hingga tak ada orang yang mampu menyaingi.

Kisah teladan Nabi Ayub dikisahkan dalam beberapa tafsir. Dalam Al Bidayah wa An-Nihaya, dan Tafsir Al-Baghawi, dituliskan bahwa Nabi Ayub dahulu merupakan seseorang yang sangat kaya dengan harta berlimpah.

Mulai dari sapi, unta, kambing, kuda, dan keledai ia miliki di peternakannya. Bahkan, Nabi Ayub juga memiliki area tanah yang luas hingga tak ada orang yang mampu menyaingi.

Nabi Ayub juga dikenal sebagai orang yang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Ia selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan kepadanya.

Namun, suatu hari datang ujian untuk Nabi Ayub. Ia ditimpa penyakit judzam (kusta atau lepra) serta musibah yang membuat harta serta anaknya hilang. 

Akibatnya, semua orang menjauh dari dirinya. Namun, istri Nabi Ayub masih sabar dan menemaninya. Sampai istrinya pun merasa lelah dan mempekerjakan orang lain untuk mengurus Nabi Ayub.
Hanya saja, Nabi Ayub selalu berdzikir kepada Allah untuk diberikan keselamatan dan juga kesehatan. Cobaan yang dialaminya tak hanya sebentar melainkan selama 18 tahun lamanya.

Berdasarkan Quran Surat Al-Anbiya ayat 83 yang berbunyi:

Arab: وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚ

Latin: wa ayyụba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta ar-ḥamur-rāḥimīn

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, '(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.' 

Dengan kesabaran yang dilakukannya selama 18 tahun, Nabi Ayub pun mendapat mukjizat dari Allah SWT. Ia diberi kesehatan setelah mandi dan minum dari air yang dianugerahi oleh Allah SWT.
Dalam Quran Surat Shaad ayat 41-44 Allah SWT berfirman:

Arab: وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ

اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ 

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِ

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

Latin: ważkur 'abdanā ayyụb, iż nādā rabbahū annī massaniyasy-syaiṭānu binuṣbiw wa 'ażāb. urkuḍ birijlik, hāżā mugtasalum bāriduw wa syarāb. wa wahabnā lahū ahlahụ wa miṡlahum ma'ahum raḥmatam minnā wa żikrā li`ulil-albāb. wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni'mal-'abd, innahū awwāb

Artinya: Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.' Allah berfirman, 'Hentakkan lah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.' Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat. Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukul lah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).

Kehidupan Nabi Ayub pun kembali diberkahi oleh Allah SWT. Istri, anak, serta hartanya kembali melimpah. Ia pun kembali bersyukur kepada Allah.

Dalam hadist riwayat Bukhari, Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَا أَيُّوبُ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ ، فَجَعَلَ أَيُّوبُ يَحْتَثِى فِى ثَوْبِهِ ، فَنَادَاهُ رَبُّهُ يَا أَيُّوبُ ، أَلَمْ أَكُنْ أَغْنَيْتُكَ عَمَّا تَرَى قَالَ بَلَى وَعِزَّتِكَ وَلَكِنْ لاَ غِنَى بِى عَنْ بَرَكَتِكَ

"Di saat (Nabi) Ayub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba jatuhlah seekor belalang dari emas. Lalu (Nabi) Ayub 'alaihis salam mengantonginya di bajunya, maka Allah berfirman, 'Bukankah aku telah mencukupimu dari apa yang engkau lihat?' Ayub 'alaihis salam menjawab, 'Betul, wahai Rabbku. Akan tetapi aku tidak akan merasa cukup dari berkah-Mu.'

Nah, kisah Nabi Ayub bisa menjadi pembelajaran bagi kita agar terus bersyukur kepada Allah SWT. 

Kisah Nabi Yusuf AS

Yusuf adalah cucu dari Ishaq, silsilah lengkapnya adalah Yusuf bin Yaʿqub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Yusuf merupakan putera ketujuh (ada sumber mengatakan anak kesebelas) Yaʿqub dan Yusuf mempunyai ibu yang dikenali sebagai Rahil (Rahel) dengan adiknya,Bunyamin (Benyamin). Yusuf menikah dengan seorang gadis yang bernama Ashenath kemudian memiliki dua orang anak yang bernama Manessa (Manasye) dan Ephiraim (Efraim).
Sedangkan Ibnu Katsir dalam kitabnya yang berjudul Qishashul Anbiya’ menuliskan bahwa Yusuf menikahi Ra’il binti Ra’ayil, janda dari Qithfir, kemudian lahirlah dua orang putra, yakni Afrayim dan Mansa.

Yusuf mempunyai 12 orang saudara lelaki dan mempunyai rupa yang tampan dan dimanja oleh bapaknya. Walau bagaimanapun, ibu kandungnya wafat ketika ia berusia 12 tahun.
Kasih sayang berlebihan yang diperolehnya dari Nabi Yaqub membuat iri dan dengki saudara-saudara yang mewujudkan komplot menarik perhatian bapak mereka. Mereka berencana untuk membunuh dia.
Yahudza, anak lelaki keempat dari Yaʿqub dan yang paling tampan dan bijaksana di antara mereka tidak setuju dengan rencana pembunuhan itu karena perlakuan tersebut adalah dilarang. Maka, demi menghalau Yusuf, dia merencanakan untuk mencampakkan dia ke dalam sebuah 'sumur tua' yang terletak di persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dagang dan para musafir beristirahat. Dengan itu, kemungkinan Yusuf akan diselamatkan dari sumur tersebut dan dibawa oleh siapa saja untuk dijadikan budak.

Al-Qur'an mengawali kisah Yusuf saat ia masih muda. Ia bermimpi melihat sebelas planet, matahari, dan bulan bersujud padanya (Yusuf 12 ayat ke 4).
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
Di antara kisah-kisah itu adalah kisah Yûsuf(1) ketika ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, tunduk dan bersujud di hadapanku." (1) Lihat catatan kaki tafsir ayat 84 dan 85 surat ini. (4)
Mimpi itu ia beritahukan kepada ayahnya, Yaqub yang menyuruhnya agar tidak memberitahukan mimpi itu kepada saudara-saudaranya yang pencemburu (Yusuf 12 ayat ke 5).
قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Ayahnya berkata, "Hai anakku, jangan kamu ceritakan mimpi itu kepada saudara-saudaramu, sebab akan menimbulkan kedengkian di hati mereka sehingga mereka tergoda oleh setan untuk mengatur siasat mencelakakanmu. Mereka akan membuat tipu daya dan berbuat makar terhadapmu. Sesungguhnya setan adalah musuh manusia yang sangat nyata. (5)
Nabi Yusuf as juga merupakan anak yang paling disayangi Yaqub, sehingga saudaranya merasa cemburu dan mereka merencanakan suatu rencana untuk membuang Yusuf (Yusuf ayat ke 8).
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰ أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Yaitu, ketika saudara-saudara Yûsuf berkata kepada sesama mereka, "Sesungguhnya Yûsuf dan saudara kandungnya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita adalah satu kelompok yang kuat dan lebih bermanfaat bagi ayah daripada mereka berdua. Dengan lebih menganakemaskan Yûsuf dan saudara kandungnya daripada kita, sesungguhnya ayah kita telah keliru dan jauh dari kebenaran. Padahal kebenaran itu amat jelas." (8)
Saudara-saudara Nabi Yusuf alaihissalam meminta izin pada Nabi Yaqub as untuk membawa Nabi Yusuf as pergi bersama mereka, dan mereka diizinkan. Dalam perjalanan, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh saudara-saudaranya hingga kemudian ia ditemukan oleh kafilah dagang yang kemudian menjualnya di Mesir. Orang yang membeli Yusuf adalah Qithfir, seorang raja Mesir yang mempunyai julukan Al Aziz.

Kisah Nabi Yusuf alaihissalam di dalam Al-Qur'an dikatakan sebagai pria tertampan di dunia.Pernyataan ini digambarkan ketika Yusuf tumbuh remaja, istri tuannya yang bernama Zulaikha menggodanya karena tidak bisa menahan daya tarik ketampanannya dan setiap wanita yang melihatnya pasti terkesima, namun Yusuf menolaknya (Yusuf ayat ke 23).
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّـهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Wanita yang rumahnya ditempati Yûsuf di bawah kekuasaannya ingin merayu Yûsuf agar ia mau menggaulinya. Wanita itu mendekat ke hadapan Yûsuf dan menampakkan keindahan tubuhnya. Ia menutup semua pintu rapat-rapat dan berkata, "Kemarilah mendekat kepadaku, telah kusediakan diriku untukmu." Yûsuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari segala bentuk kejahatan. Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu besamamu sementara suamimu yang mulia itu adalah tuanku yang telah memposisikan aku dengan baik? Sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang menzalimi manusia dengan berkhianat melakukan zina." (23)
Sehingga ia mengancam Yusuf akan dipenjarakan, jika tidak mengikuti perintahnya (Yusuf ayat ke 32).
قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ الصَّاغِرِينَ
Istri al-'Azîz mengomentari omongan mereka dengan berkata, "Pemuda tampan yang telah memesona dan membuat kalian terkagum-kagum itulah yang membuat kalian mencerca aku. Aku telah memintanya dan mencoba memperdayanya untuk memenuhi ajakanku, tetapi ia enggan, seakan-akan dirinya terjaga dan ia ingin selalu terus menjaganya. Sungguh, jika ia tidak menuruti perintahku, maka ia akan dijebloskan ke dalam penjara dan akan menjadi terhina." (32)
Namun, Yusuf tetap teguh dan ia akhirnya dipenjarakan (Yusuf ayat ke 33).
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖوَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
Yûsuf berkata, setelah mendengar ancaman istri al-'Azîz dan juga mendengar nasihat wanita-wanita itu agar menuruti saja keinginannya, "Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada permintaan mereka kepadaku. Sebab, itu berarti melanggar perintah-Mu. Kalau saja Engkau tidak melindungi aku dari makar dan tipu daya mereka, niscaya aku cenderung mengikuti mereka, sehingga aku termasuk orang-orang bodoh dan bersalah." (33)


Dalam Kisah Nabi Yusuf as selanjutnya diceritakan bahwa di dalam penjara, mereka mengetahui bahwa Yusuf memiliki kejujuran yang tinggi dan dapat menafsirkan mimpi (Yusuf ayat ke 36).
وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Bersama Yûsuf, masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda dari pelayan raja. Salah seorang di antara mereka berkata kepada Yûsuf, "Aku bermimpi memeras anggur untuk kujadikan khamar." Yang lainnya berkata, "Aku bermimpi membawa roti di atas kepala, kemudian sebagian roti itu dimakan burung. Beritahulah kami, hai Yûsuf, takwil mimpi kami dan kesudahan nasib kami berdasarkan petunjuk mimpi itu. Sesungguhnya Kami sangat yakin bahwa kamu termasuk orang-orang yang mempunyai sifat baik dan kemampuan menakwil mimpi dengan baik." (36)
Nabi Yusuf as berhasil dalam menafsirkan mimpi 2 tahanan lainnya, mimpi mereka adalah bahwa salah satu dari mereka akan dihukum mati, dan yang lainnya akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai penuang air minum raja. Maka, Yusuf meminta pada temannya yang akan dibebaskan untuk mengemukakan masalahnya kepada raja. Namun, ketika dibebaskan, ia melupakan Yusuf, sehingga ia tetap dipenjara.
Kisah Nabi Yusuf as selanjutnya diceritakan bahwa beberapa tahun kemudian, raja bermimpi dan menanyakan apa artinya. Penuang minuman tersebut akhirnya ingat pada Nasbi Yusuf a.s , dan ia menanyakan Nabi Yusuf as apa arti mimpi raja. Nabi Yusuf as menafsirkan mimpi raja bahwa akan terjadi tujuh panen yang berlimpah, kemudian diikuti tujuh panen yang sedikit, dan kemudian ada tahun yang penuh dengan hujan. Raja yang mendengar tafsir Yusuf, akhirnya memanggilnya. Namun, sebelumnya Yusuf meminta kepada orang-orang yang menuduhnya ditanyai apa yang sebenarnya terjadi. Zulaikha akhirnya mengakui apa yang dilakukannya pada Yusuf. Yusuf akhirnya dibebaskan dan raja menghendaki ia bekerja untuknya. Yusuf akhirnya meminta agar ia ditugaskan untuk mengurus hasil bumi di negeri itu.

Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik, saudara-saudara Nabi Yusuf as datang ke Mesir untuk meminta makanan. Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal mereka, namun mereka tidak. Yusuf meminta mereka jika ingin meminta makanan lagi, mereka diharuskan membawa adik laki-laki bungsu mereka. Mereka akhirnya membawa adik bungsu mereka pada pertemuan berikutnya. Pada adik bungsunya itulah, Yusuf mengungkapkan kisahnya bahwa ia dipelakukan jahat oleh kakak-kakaknya. Yusuf akhirnya bekerja sama dengan adiknya. Adiknya untuk sementara ditinggal bersamanya. Yusuf berpura-pura bahwa adiknya ditahan karena mencuri gelas minum raja. Pada saat itu juga, Yaqub kehilangan penglihatannya karena merasa kehilangan Yusuf dan saudaranya.
Kisah Nabi Yusuf as selanjutnya diceritakan bahwa ketika saudara-saudara Yusuf datang lagi kepadanya, Yusuf mengungkapkan jati dirinya pada mereka. Saudara-saudara Yusuf akhirnya meminta maaf atas tindakan mereka. Yusuf kemudian meminta mereka membawakan bajunya kepada ayahnya dan mengusapkan pada wajah ayahnya untuk memulihkan penglihatannya dan juga memerintahkan mereka untuk membawa orangtua dan keluarga mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir, orang tua dan saudara-saudaranya bersujud untuk menghormatinya. Yusuf kemudian mengingatkan akan mimpinya pada masa muda yang ditafsirkan oleh ayahnya; sebelas planet, matahari, dan bulan bersujud padanya

Kisah Nabi Yaqub AS

Nabi Ya’qub ‘alaihissalam adalah salah seorang di antara para nabi. Beliau adalah putera Ishaq bin Ibrahim ‘alahimas salam. Kelahiran Ya’qub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim yang terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

“Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. “ (QS. Huud: 71)

Kisah Nabi Ya’qub secara panjang lebar akan diceritakan bersama kisah Nabi Yusuf, insya Allah. Oleh karena itu, kisah yang disebutkan di sini hanyalah sebatas pengantar saja.

Nabi Ya’qub dari sejak kecil hingga dewasa tumbuh dengan mendapatkan perhatian dari Allah dan rahmat-Nya. Oleh karena itu, ia berjalan di atas jalan hidup ayahnya dan kakeknya. Nabi Ya’qub memiliki dua belas orang anak yang Allah sebut mereka dengan sebutan asbath (keturunan Ya’qub). Dari istrinya yang bernama Rahiil lahirlah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dan Bunyamin. Dan dari istrinya yang bernama Laya lahirlah Ruubil, Syam’un, Laawi, Yahuudza, Isaakhar dan Zabilon.

Dari budak milik Rahiil lahir Daan dan Naftaali, dan dari budak milik Layaa lahir Jaad dan Asyir.

Di antara sekian anaknya, yang paling tinggi kedudukannya, paling bertakwa dan paling bersih hatinya, di samping paling muda usianya adalah Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Oleh karena itulah Nabi Ya’qub memberikan perhatian dan kasih sayang lebih kepadanya. Hal ini sudah menjadi tabiat, yakni ayah sangat sayang kepada anak yang paling kecil sampai ia dewasa dan kepada yang sakit sampai ia sembuh.

Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan, dimana beliau mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan nasihat kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Namun selanjutnya, saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat kepada Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf. Sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf, namun kemudian sebagian mereka mengusulkan untuk melempar Yusuf ke sumur yang jauh agar dibawa oleh kafilah yang lewat dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf tidak kunjung pulang, maka Nabi Ya’qub bersedih dengan kesedihan yang dalam karena berpisah dengan puteranya, bahkan ia sampai menderita buta karena rasa sedih yang begitu dalam. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikannya dapat melihat kembali.

Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam pun sakit, ia kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, demikian juga tetap beriman dan beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman:

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133)

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam